Laman

Kamis, 30 Januari 2014

Introduce

Haii come back again dengan Xperius Rex. Xperius Rex adalah nama salah satu blog X Sosial. Kami bersekolah di SMA Sugar Group Company. Langsung aja kami memperkenalkan diri dulu ya :D

1. Ami Lukyanda 

Hai! Namaku Ami Lukyanda biasa dipanggil Ami. Tempat dan tanggal lahirku di Kota Bumi (Earth City :D) 24 April 1998. Agamaku Islam tapi gak KTP ahaha. Hobiku olahraga dan surfing. Aku anak pertama dari 2 bersaudara.

. 

2. Ardhin Dwi Setiawan

Woyy! Namaku Ardhin Dwi Setiawan bisa dipanggil Ardhin. Lahir di Seputih Mataram tepatnya GPM Sugar Group Companies, tanggal 17 Desember 1997. Agamaku Islam 100%. Hobiku makan, tidur. Aku anak kedua dari 2 bersaudara. Aku berasal dari Jogja.

 

3. Eka Putri Qurniazhari

Hai hai hai... Nama gue Eka Putri Qurniazhari. Biasanya sih dipanggil Eka atau Qurnia, tapi lebih seringnya sih Eka :). Gue lahir di Seputih Mataram, 13 Juli 1998. Alamat rumah gue sekarang di GPM Housing 1 block E. 220. Agama gue yang pastinya Islam dongs. Hobi gue itu banyak banget, gue paling suka nyanyi, nari, makan, tidur, foto-foto, edit foto, surfing internet (Twitteran, Facebook, Line, We Chat, Instagram, dll). Kalo elo ada ID atau semua akun aplikasi itu, jangan lupa add gue yah :D. Oh iya makanan favorit gue itu mie (semua yang berkaitan dengan mie pasti gue suka dan langsung makan), sate, batagor, basreng, kripik singkong, mpek-mpek, martabak keju. Minuman favorit gue itu orange juice, soft drink, air mineral, susu. Warna favorit gue itu ungu. Gue suka banget warna itu entah kenapa gue suka gak tau. Selain warna ungu, gue suka warna-warna pastel (soalnya kesannya itu nature banget dan soft banget!). Cita-cita gue itu pengen jadi model, penyanyi, entertainer, designer, aktris, dosen, kalo dilihat-lihat lumayan banyak ya hahaha.

 

 4. Kartika Dwi Cahyanti

(Uhuk...) Assalamualikum Wr.Wb. Namaku Kartika Dwi Cahyanti, bisa dipanggil Kartika or Tika. Aku lahir di Seputih Matararam, 21 April 1998 (pas banget sama tanggal lahirnya Kartini :D). Agamaku Islam 100%. Alamatku GPM Housing 1 blok F.109. Hobiku surfing internet, bisa Facebookan, Twitteran, BBMan, download aplikasi, Line, We chat, Whats App, dll. Selain itu aku hobi banget foto-foto, hunting bareng temen, masak, dance (tradisional bisa, modern bisa juga :D). Makanan kesukaanku mie ayam, cokelat dan minuman kesukaan jus alpukat. Cita-citaku jadi pengusaha (business woman), penari, psikolog, dsb. Ntar kalo kuliah pengen masuk ke ISI (pokoknya universitas negeri #amin :)).

 

5. Mailiza Maharani

 

Namaku Mailiza Maharani, kalo di rumah biasa dipanggil Lisa atau Sali. Tapi temen-temen panggil aku Mai. Aku lahir pada tanggal 21 Juni 1998 di Lampung Tengah. Saat ini aku bertempat tinggal di Housing 2 lama E. 337 SIL. Kalo soal agama dijamin 100% Islam,. Hobiku selama ini membaca komik sih. Selain hobi aku juga punya makanan dan minuman favorit. Kalau makanan aku paling suka cokelat, kalo minuman mungkin air putih aja deh. Untuk warna favorit, yang utama adalah hijau, biru muda, putih dan hitam. Untuk akhir-akhir ini agaknya aku terpesona dengan pink deh. Kalo sudah dewasa, cita-citaku ingin menjadi pemilik butik (Amin :D).

6. Titik Nur Hasanah

Hai, kenalin namaku Titik Nur Hasanah. Yang namanya kayak tanda baca, tapi aku tetep bersyukur karna itu nama pemberian orang tuaku. Kali ini aku duduk di kelas X Sosial SMA Sugar Group. Aku lahir di GPM tanggal 20 Januari 1998. Hobiku jalan-jalan, dengerin musik, nonton tv, yang paling aku suka itu jalan-jalan, soalnya bisa ngilangin rasa kejenuhan aku. Makanan favoritku itu bakso, bahkan dari bakso, aku berfikir kelak jika aku besar aku ingin jadi pengusaha makanan yang tentunya bakso. Aku ingin membuat bakso dalam berbagai bentuk, tidak hanya bulat. Misalnya dalam bentuk bunga. Semoga cita-citaku tercapai #amin :D.

 

 Oke, sekian dari kami. Bila ada salah penulisan kata mohon dimaafkan. Tunggu cerita berikutnya yaa :D

Chairul Tanjung

Chairul Tanjung
Chairul Tanjung lahir di Jakarta pada tanggal 16 Juni 1962. Orang tua Chairul Tanjung bernama A.G Tanjung (Ayah) yang berketurunan Batak sedangkan ibunya bernama Halimah adalah orang Sunda tepatnya Sukabumi.

Awalnya keluarga Chairul Tanjung adalah keluarga yang berlebih, ayahnya adalah seorang wartawan di jaman Presiden Soekarno dan juga menerbitkan majalah lokal yang oplahnya lumayan. Namun kemudia saat era Soeharto, surat kabar dari ayah Chairul Tanjung dicurigai sebagai antek orde lama dan akhirnya dipaksa untuk tutup.

Dari sinilah perekonomian keluarganya menjadi berubah seratus delapan puluh derajat. Rumah yang cukup luas yang didiami keluarganya terpaksa harus dijual untuk membayar hutang dan memenuhi kebutuhan hidup. Akhirnya Chairul Tanjung bersama saudara dan orang tuanya harus pindah ke kamar losmen yang sangat sempit.

Walau tengah dihimpit kesulitan ekonomi namun ayah dan ibunya ingin anak-anaknya mengenyamm pendidikan setinggi mungkin. Oleh karena itu saat Chairul lulus dari SMA Boedi Oetomo pada tahun 1981, ia kemudian melanjutkan studinya di Kedokteran gigi Universitas Indonesia.  Chairul termasuk mahasiswa yang pandai. Ia sempat mendapat penghargaan sebagai mahasiswa teladan tingkat nasional pada tahun 1984-1985.
Kuliah Sambil Berbisnis
Untuk menopang uang sakunya yang jauh dari cukup, Chairul pun berkuliah sambil berbisnis. Awalnya ia berjualan buku kuliah stensilan, kemudian juga berjualan kaos. Ia bersama temannya kemudian juga membuka usaha foto copy di kampusnya. Ia juga membuka kios di daerah Senen Raya Jakarta Pusat yang menyediakan aneka kebutuhan dan peralatan kedokteran dan laboratorium.

Walau ia harus mmebagi waktu antara kuliah dan berbisnis, namun Chairul bisa menyelesaikan kuliah nya di kedokteran gigi dengan baik. Ia kemudian menyandang gelar Sarjana kedokteran dibelakang namanya. Namun karena darah bisnis rupanya lebih kental, ia kemudian memutuskan untuk menjemput rejeki dari bisnis bukan sebagai dokter gigi.

Chairul kemudian lebih memantabkan bisnisnya dengan mendirikan PT Pariarti Shindutama bersama tiga temannya pada tahun 1987. Bisnis ini bermodalkan hutangan dari bank Exim sebesar 150 juta. Perusahaan Chairul dan temennya ini memproduksi sepatu anak-anak untuk diekspor. Mereka patut berbangga karena begitu mendirikan usaha ini mereka langsung menerima orderan sebesar 160 ribu pasang sepatu dari Itali. Namun kemudian Chairul memutuskan untuk berpisah dan mendirikan usaha sendiri karena ternyata ketiga temannya memiliki visi yang berbeda dengan dirinya.
Membentuk Konglomerasi
Chairul Tanjung kemudian mendirikan perusahaann sendiri yang bergerak dibidang media yaitu mendirikan Trans TV. Chairul Tanjung sangat pandai dalam membangun jaringan . Perusahaannya ini semakin maju dan akhirnya berhasil membuat suatu konglomerasi yang kemudian diberi nama Para Group. Para Group sendiri kemudian membagi tiga ladang usahanya yaitu dibidang keuangan, properti, multimedia.
Chairul Tanjung dilahirkan di Jakarta. Ia anak A.G. Tanjung, seorang wartawan di zaman orde lama yang pernah menerbitkan lima surat kabar beroplah kecil. Chairul dan keenam saudaranya hidup berkecukupan. Namun, pada zaman Orde Baru, sang ayah dipaksa menutup usaha persnya karena berseberangan secara politik dengan penguasa.
Setamat SMA, Chairul masuk Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia pada tahun 1981. Chairul menghadapi masalah pada biaya kuliahnya. Ia pun mulai berbisnis dari dasar sekali, berjualan buku kuliah stensilan, kaos, dan lainnya di kampusnya. Selanjutnya, ia membuka sebuah toko peralatan kedokteran dan laboratorium di bilangan Senen Raya, Jakarta Pusat tapi bangkrut.

Setelah menutup tokonya, Chairul membuka usaha kontraktor. Kurang berhasil, Chairul bekerja di industri baja dan kemudian pindah ke industri rotan. Waktu itulah, ia bersama tiga rekannya ia membangun PT Pariarti Shindutama. Bermodal awal Rp 150 juta dari Bank Exim, mereka memproduksi sepatu anak-anak untuk ekspor. Keberuntungan berpihak padanya, karena perusahaannya langsung mendapat pesanan 160 ribu pasang sepatu dari Italia. Dari sini usahanya merambah ke industri genting, sandal dan properti. Sayang, karena perbedaan visi tentang ekspansi usaha dengan ketiga rekannya, Chairul memilih menjalankan usahanya sendiri.

Mengarahkan usahanya ke konglomerasi, Chairul mereposisikan dirinya ke tiga bisnis inti : keuangan, properti, dan multi media. Di bidang keuangan, ia mengambil alih Bank Tugu yang kini bernama Bank Mega yang kini telah naik peringkatnya dari bank urutan bawah ke bank kelas atas. Selain memiliki perusahaan sekuritas, ia juga merambah ke bisnis asuransi jiwa dan asuransi kerugian. Di sektor sekuritas, lelaki kelahiran Jakarta ini mempunyai perusahaan real estate dan pada tahun 1999 telah mendirikan Bandung Supermall. Di bisnis multimedia, Chairul mendirikan Trans TV, di samping menangani stasion radio dan media on line atau satelit. Ia juga bersiap untuk masuk ke media cetak.

Di tengah persaingan yang ketat di sektor media televisi, Chairul merasa yakin Trans TV akan mampu bersaing. Ini karena ia melihat pada belanja iklan nasional yang sudah mencapai Rp 6 triliun setahun, 70% di antaranya akan diambil oleh televisi. Jumlah perusahaan Chairul, yaitu Para Group mempunyai Para Inti Holdindo sebagai father holding company, yang membawahi beberapa sub holding seperti : Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti Investindo (media dan investasi) dan Para Inti Propertindo (properti) dan jumlah karyawan yang dipekerjakan kurang lebih mencapai 5.000 orang.

Read more at http://info-biografi.blogspot.com/2010/05/biografi-chairul-tanjung.html#IOeGwKU7PLZOhOZd.99
Chairul Tanjung dilahirkan di Jakarta. Ia anak A.G. Tanjung, seorang wartawan di zaman orde lama yang pernah menerbitkan lima surat kabar beroplah kecil. Chairul dan keenam saudaranya hidup berkecukupan. Namun, pada zaman Orde Baru, sang ayah dipaksa menutup usaha persnya karena berseberangan secara politik dengan penguasa.
Setamat SMA, Chairul masuk Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia pada tahun 1981. Chairul menghadapi masalah pada biaya kuliahnya. Ia pun mulai berbisnis dari dasar sekali, berjualan buku kuliah stensilan, kaos, dan lainnya di kampusnya. Selanjutnya, ia membuka sebuah toko peralatan kedokteran dan laboratorium di bilangan Senen Raya, Jakarta Pusat tapi bangkrut.

Setelah menutup tokonya, Chairul membuka usaha kontraktor. Kurang berhasil, Chairul bekerja di industri baja dan kemudian pindah ke industri rotan. Waktu itulah, ia bersama tiga rekannya ia membangun PT Pariarti Shindutama. Bermodal awal Rp 150 juta dari Bank Exim, mereka memproduksi sepatu anak-anak untuk ekspor. Keberuntungan berpihak padanya, karena perusahaannya langsung mendapat pesanan 160 ribu pasang sepatu dari Italia. Dari sini usahanya merambah ke industri genting, sandal dan properti. Sayang, karena perbedaan visi tentang ekspansi usaha dengan ketiga rekannya, Chairul memilih menjalankan usahanya sendiri.

Mengarahkan usahanya ke konglomerasi, Chairul mereposisikan dirinya ke tiga bisnis inti : keuangan, properti, dan multi media. Di bidang keuangan, ia mengambil alih Bank Tugu yang kini bernama Bank Mega yang kini telah naik peringkatnya dari bank urutan bawah ke bank kelas atas. Selain memiliki perusahaan sekuritas, ia juga merambah ke bisnis asuransi jiwa dan asuransi kerugian. Di sektor sekuritas, lelaki kelahiran Jakarta ini mempunyai perusahaan real estate dan pada tahun 1999 telah mendirikan Bandung Supermall. Di bisnis multimedia, Chairul mendirikan Trans TV, di samping menangani stasion radio dan media on line atau satelit. Ia juga bersiap untuk masuk ke media cetak.

Di tengah persaingan yang ketat di sektor media televisi, Chairul merasa yakin Trans TV akan mampu bersaing. Ini karena ia melihat pada belanja iklan nasional yang sudah mencapai Rp 6 triliun setahun, 70% di antaranya akan diambil oleh televisi. Jumlah perusahaan Chairul, yaitu Para Group mempunyai Para Inti Holdindo sebagai father holding company, yang membawahi beberapa sub holding seperti : Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti Investindo (media dan investasi) dan Para Inti Propertindo (properti) dan jumlah karyawan yang dipekerjakan kurang lebih mencapai 5.000 orang.

Read more at http://info-biografi.blogspot.com/2010/05/biografi-chairul-tanjung.html#IOeGwKU7PLZOhOZd.99
Chairul Tanjung dilahirkan di Jakarta. Ia anak A.G. Tanjung, seorang wartawan di zaman orde lama yang pernah menerbitkan lima surat kabar beroplah kecil. Chairul dan keenam saudaranya hidup berkecukupan. Namun, pada zaman Orde Baru, sang ayah dipaksa menutup usaha persnya karena berseberangan secara politik dengan penguasa.
Setamat SMA, Chairul masuk Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia pada tahun 1981. Chairul menghadapi masalah pada biaya kuliahnya. Ia pun mulai berbisnis dari dasar sekali, berjualan buku kuliah stensilan, kaos, dan lainnya di kampusnya. Selanjutnya, ia membuka sebuah toko peralatan kedokteran dan laboratorium di bilangan Senen Raya, Jakarta Pusat tapi bangkrut.

Setelah menutup tokonya, Chairul membuka usaha kontraktor. Kurang berhasil, Chairul bekerja di industri baja dan kemudian pindah ke industri rotan. Waktu itulah, ia bersama tiga rekannya ia membangun PT Pariarti Shindutama. Bermodal awal Rp 150 juta dari Bank Exim, mereka memproduksi sepatu anak-anak untuk ekspor. Keberuntungan berpihak padanya, karena perusahaannya langsung mendapat pesanan 160 ribu pasang sepatu dari Italia. Dari sini usahanya merambah ke industri genting, sandal dan properti. Sayang, karena perbedaan visi tentang ekspansi usaha dengan ketiga rekannya, Chairul memilih menjalankan usahanya sendiri.

Mengarahkan usahanya ke konglomerasi, Chairul mereposisikan dirinya ke tiga bisnis inti : keuangan, properti, dan multi media. Di bidang keuangan, ia mengambil alih Bank Tugu yang kini bernama Bank Mega yang kini telah naik peringkatnya dari bank urutan bawah ke bank kelas atas. Selain memiliki perusahaan sekuritas, ia juga merambah ke bisnis asuransi jiwa dan asuransi kerugian. Di sektor sekuritas, lelaki kelahiran Jakarta ini mempunyai perusahaan real estate dan pada tahun 1999 telah mendirikan Bandung Supermall. Di bisnis multimedia, Chairul mendirikan Trans TV, di samping menangani stasion radio dan media on line atau satelit. Ia juga bersiap untuk masuk ke media cetak.

Di tengah persaingan yang ketat di sektor media televisi, Chairul merasa yakin Trans TV akan mampu bersaing. Ini karena ia melihat pada belanja iklan nasional yang sudah mencapai Rp 6 triliun setahun, 70% di antaranya akan diambil oleh televisi. Jumlah perusahaan Chairul, yaitu Para Group mempunyai Para Inti Holdindo sebagai father holding company, yang membawahi beberapa sub holding seperti : Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti Investindo (media dan investasi) dan Para Inti Propertindo (properti) dan jumlah karyawan yang dipekerjakan kurang lebih mencapai 5.000 orang.

Read more at http://info-biografi.blogspot.com/2010/05/biografi-chairul-tanjung.html#IOeGwKU7PLZOhOZd.99